Selasa, 12 Mei 2009

Tujuan Perekonomian di indonesia

Bung Hatta dan Plasma Nutfah Tujuan Perekonomian Bangsa
Ditulis oleh Sulasthreeningsih

Ketika menulis tentang Bung Hatta (BH) saya jadi teringat artikel Faisal Basri, seorang pegamat ekonomi, yang terbit sekitar tahun 2007 di e-book. Bagaimana ia menggambakan kerumitan tantangan bangsa ini menghadapi permasalahan perekonomian tentunya sangat sudah mafhum diantara kita. Namun, hal yang paling menarik diakhir tulisan adalah bagaimana dia secara fundamental ”curhat” pada apa yang kita sebut kerinduan akan khittah tujuan perekonomian bangsa kita. Sebentar saya kutip kata-kata beliau:

”Kita boleh-boleh saja menetapkan target tinggi. Namun, yang lebih penting dan paling mendasar ialah bagaimana cara mencapainya. Apalah artinya target tercapai, tapi tanpa perbaikan kualitas. Jauh lebih mudah menggelembungkan pertumbuhan ekonomi ketimbang membangun fondasi yang kokoh bagi terwujudnya ekonomi yang berkeadilan dan sekaligus mengangkat derajat kehidupan bagi seluruh rakyatnya”. (Faisal Basri 2007)[1]

Allah hu akbar..setelah sekian tahun itu tulisan nangkring di leptop temen saya, saya baru sadar kalau apa yang seharusnya pemimpin negeri ini lakukan, telah ditemukan. Kembali ke khittah ekonomi Indnesia. Tidak lagi untuk citra politikus tertentu, namun mengakar pada apa yang kita sebut kesehteraan rakyat dan keadilan. Mau contoh, tilik Bung Hatta (BH). Tidak usah jauh2x menbenchmarking china atau India. simple ”koperasi” dan konsisten pada kemauan membangun bangsa bukan saya, dia, hindun, hanya kelompok A-B C dsb.

Wikipedia hanya menyediakan itu untuk tau bagaimana koperasi. Namun tidak tau bagaimana kekirian hatta membangun ide ini, yang ternyata membidani sebuah potensi yang besar untuk khittah yang benar2x atas tujuan perekonomian kita. Memang bangsa kita terlalu besar untuk memilih dipihak mana kita prefer, kutub kapitalis atau sosialis terlalu naif, tetapi tidak dipungkiri alir pemikiran hatta amat didukung sosialis. Keadaan amarah kaum prolettar saat itu untuk menghabisi kesombongan Kapitalisme memang relevan bagi konteks negara kita yang ”baru” untuk tidak dilumat barat. Apalagi terbukti sekali Pencarian kapitalistik untuk memburu keuntungan sebagai sesuatu yang paling berharga, bertentangan secara radikal dengan hasrat-hasrat manusia untuk pangan, papan dan nilai guna lainnya [2]. Kalau bahasa saya, bertentangan dengan khittah ekonomi sendiri, membunuh plasma nutfah tujuannya.

Ini yang menarik dari Koperasi. Azasnya kekeluargaan dan tujuannya adalah kesejahteraan bersama. Sejauh tidak digunakan sebagai komoditas retorika politik (baca: Prabowo), hemat penulis, akan menjadi satu kekuatan tersendiri karena pertama, berpijak pada sektor riil. Kedua, benar-benar menjadi tonggak perputaran perekonomian (wikipedia.com,2008). Contoh: komunitas kompleks A demandnya setidaknya adalah beras 3 ton sebulan, sabun caci 20 kardus besar @ 30 pieces,sabun mandi 30 kardus, lauk pauk 500 paket macam2x jenis. Untuk memenuhi kebutuhan ini dibangunlah kperasi komunitas komplek A untuk memenuhi kebutuhan itu. Anggotanya adalah orang2x situ dengan pengurus dipilih dari yang mau dan mampu.beres. setiap tahun ada Rapat Anggota tahunan dan ada pembagian hasil. Semua terbangun dalam sikap gotong royong dan esensi pemenuhan atas kebutuhan, tercapai. Ada Check and balances dari ”Stake holder”, karena konsumen dan Pekerja (pengurus) mempunyai keikatan yang sama untuk tidak rugi, bargaining possition diantara keduanya sama (ini point point penting)[3]. Tidak satupun menindas yang lain. Bayangkan ini dikembangkan menjadi sesuatau yang diterapkan lebih luas menjadi apa yang kita sebut sistem suatu perekonomian suatu bangsa.

Dampak krisis keuangan global terhadap ekonomi indonesia

Artikel dampak perekonomian

Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat sudah terlihat tanda-tandanya beberapa waktu yang lalu, Tetapi baru dianggap serius oleh pemerintah Indonesia sejak tanggal 8 Oktober 2008 saat IHSG di BEI turun tajam sampai 10,38 % dan mengharuskan pemerintah menghentikan kegiatan di pasar bursa modal beberapa hari.

Sebenarnya banyak akibat yang dirasakan oleh Indonesia dengan adanya krisis keuangan di Amerika serikat , baik akibat positif seperti turunnya harga minyak dunia yang menembus $ 61 per barel dan akibat negative seperti turunnya nilai rupiah, berkurangnya nilai export, turunnya investasi atau terjadi flyingout , namun demikian akibat negatif lebih banyak dirasakan bagi perekonomian Indonesia terutama bagi sektor riil yang mempunyai pangsa export, pemerintah harus sungguh-sungguh menangani masalah ini karena pada akhirnya apabila tidak tertangani dengan benar akan mengakibatkan distabilitas negara atau sering orang bilang akan terjadi Krisis seri kedua.

Hal tersebut diungkapkan oleh Ridwan,SE.,SH.,MM dalam makalahnya yang di sampaikan dalam diskusi ilmiah dengan judul “Dampak Krisis Keuangan Global bagi Perekonomian Indonesia(Prediksi untuk tiga bulan ke depan)” yang diadakan Kamis (30/10) di Fakultas Ekonomi UJB kampus pingit, yang diikuti oleh mahasiswa dan dosen.

Lebih lanjut Ridwan (dosen Ek. Pembangunan UJB)menegaskan , bahwa harus ada langkah-langkah antisipasi menghadapi krisis keuangan global anatara lain, tetap menjaga independensi pengambil keputusan, sebisa mungkin mempertahankan tingkat suku bunga yang ada saat ini, peningkatan pagu jaminan simpanan pada Lembaga Keuangan Nasional, Penginjeksian secara besar-besaran likuiditas ke dalam perbankan nasioanal, pemberlakuan kontrol devisa terbatas , pembentukan lembaga procurement untuk mengatur transaksi devisa BUMN, keharusan izin bank sentral bagi transaksi arus ke luar modal dalam jumlah tertentu. Disamping itu diskusi juga merekomendasiakan : Penyiapan satu skema social safety net yang komprehensif untuk mengantisipasi full-blown crisis , pemerintah daerah secara lebih erat sebagai mitra dan pelaksana berbagai kebijakan yang ditetapkan, mewaspadai politik dumping , menyiapakan insentif bagi pengusaha lokal untuk menggarap pasar domestik, dan merekomendasikan untuk mengkaji ulang sistem ekonomi yang selama ini mengekor pada sistem ekonomi kapitalis.

Lingkungan ekonomi bisnis

Sebagai pelaku bisnis kita sebaiknya dapat mengikuti perkembangan perekonomian Indonesia secara umum, sehingga mampu untukmengantisipasi kemungkinan pengaruh buruk yang dihasilkan; atau memanfaatkan peluang-peluang bisnis dari perkembangan perekonomian tersebut. Memang sebagai orang awam yang tidak mengerti atau kurang menguasai seluk beluk dalam ilmu ekonomi makro kemampuan untuk mengerti perkembangan perekonomian merupakan tuntutan yang berat untuk dapat dipenuhi.
Sebenarnya membaca perkembangan perekonomian dapat diikuti dengan mudah, asalkan kita mengerti dasar-dasar bagaimana satu sistem perekonomian nasional bekerja dan berinteraksi. Langkah berikutnya akan menjadi lebih mudah karena kita tinggal memonitor perkembangan dari berbagai perubahan variabel agregat ekonomi.
Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui bagaimana perkembangan perekonomian nasional secara cepat. Salah satu cara adalah dengan memanfaatkan jasa kantor konsultan di bidang ekonomi. Tetapi untuk merealisasikannya kadang-kadang kita perlu mengeluarkan dana yang cukup lumayan besar, atau paling tidak perlu melanggan secara rutin publikasi yang diterbitkan oleh mereka. Cara yang lain yang sedikit agak efisien adalah meminta staf intern perusahaan untuk mengikuti perkembangan tersebut dan melaporkan secara langsung isu-isu ekonomi yang dipandang penting untuk mendapatkan tanggapan dari pimpinan perusahaan.
Terlepas dari cara mana yang akan ditempuh, pimpinan perusahaan sebaiknya dapat membangun suatu sistem informasi intern untuk memonitor perkembangan ekonomi tersebut. Agar tujuan ini dapat terlaksana dengan baik, pimpinan perlu membekali dirinya dengan pengetahuan dasar tentang bagaimana cara bekerjanya sistem ekonomi secara menyeluruh.

Lingkungan ekonomi bisnis

Perkermbangan ekonomi

KECENDERUNGAN PROSES PEMBARUAN PEMBANGUNAN EKONOMI DI INDONESIA

Jika kita yakin bahwa kebenaran dan kebaikan itu datangnya dari Tuhan Yang Maha Benar dan Maha Baik, maka kita juga tentu yakin bahwa proses mencari kebenaran dan kebaikan itu pada akhirnya akan menang menghadapi segala rintangan dan kendala yang menghalangi jalur perjalanannya. Dan jika kita percaya akan hal tersebut maka sebenarnya arus proses mencari kebenaran dan kebaikan itulah sesungguhnya hakekat realita kehidupan. Segala sesuatu yang mencoba menghalangi atau membendung merupakan sesuatu yang bertentangan dengan realita, dan sebaliknya realita akan sejalan seiringan dengan kebenaran dan kebaikan. Sebagai mahluk yang menghamba kepada kehendak Tuhan, manusia sebenarnya hanya memiliki dua tugas, yaitu untuk terus mempelajari, memahami dan menghayati arti dan wujud kongkrit kebenaran dan kebaikan itu; serta terus menerus berusaha, berikhtiar untuk mewujudkannya. Bagi manusia, pertanggung-jawaban yang harus diberikan adalah mengenai bagaimana proses pemahaman tersebut terus dikembangkan dan bagaimana konsistensi usaha dan ikhtiar yang dilakukannya. Hasil paling akhirnya sudah pasti: kebenaran dan kebaikan akan menang; manusia tidak dapat mempengaruhi hal tersebut. Manusia hanya menikmati hasil dari pemahaman dan ikhtiar yang dilakukannya.

Pemikiran dasar di atas kiranya berlaku untuk setiap aspek kehidupan di dunia ini, termasuk -bahkan mungkin terutama- dalam kegiatan ekonomi. Bahwa memang terdapat kecenderungan pembaruan menuju kebenaran dan kebaikan ekonomi yang bergerak sepanjang sejarah manusia. Hal tersebut dapat dilihat dengan mencermati tonggak-tonggak sejarah perkembangan ekonomi dunia mulai dari perekonomian pada masa awal sejarah, perkembangan ekonomi di Yunani, di Cina, di Jazirah Arab, perdagangan Timur-Barat, hingga ke Depresi tahun 1930-an, kemerdekaan bangsa-bangsa setelah Perang Dunia, apa yang disebut sebagai "Asian Miracle" dan krisis ekonomi Asia, serta rangkaian teori yang dihasilkan oleh para peraih hadiah Nobel. Perkembangan tersebut sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, dan tampaknya terdapat suatu kecenderungan pokok bahwa ekonomi -dan ilmu ekonomi- semakin realistis mencoba untuk selalu lebih dapat mencerminkan kehidupan manusia dan masyarakat yang kompleks. Dalam tataran teori dan konsep, ilmu ekonomi semakin banyak membahas berbagai hal yang pada kondisi riilnya dalam masyarakat memang menentukan keputusan ekonomi yang sebelumnya hampir selalu menjadi objek asumsi "ceteris paribus". Aspek-aspek seperti informasi yang tidak sempurna, adanya harapan (ekspektasi) yang rasional dalam pengambilan keputusan, adanya pengaruh demokratisasi terhadap penanggulangan kemiskinan, atau kesatuan keputusan produksi dan konsumsi dalam rumah tangga semakin mendapat perhatian dalam pembahasan teori